Sekolah Literasi Indonesia

Ikhtiar Mengembangkan Budaya Multiliterasi

Pemahaman tentang literasi mengalami perkembangan, dari sebatas melek aksara (membaca dan menulis); kemampuan berkomunikasi; hubungan sosial berkalitan dengan bahasa, pengetahuan dan budaya (UNESCO, 2003); enam dimensi literasi Kemendikbud; hingga kontribusi kepada masyarakat sesuai kompetensi.

Dompet Dhuafa melalui program Sekolah Literasi Indonesia (SLI) berikhtiar turut berkontribusi bersama mengambil peran dalam pengembangan budaya literasi. SLI berfokus pada tiga ekosistem pendidikan, yaitu formal (sekolah), non-formal (masyarakat) dan informal (keluarga). Bentuk kontribusi SLI dengan pendekatan yang komprehensif melalui pelatihan, pendampingan, optimalisasi perpustakaan sekolah dan TBM serta menumbuhkan penggerak literasi dan kolaborasinya

Iktiar Mengembangkan Budaya Multiliterasi

Nilai substansi literasi merupakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh generasi untuk mendorong kemajuan bangsa. Dengan demikian, seluruh elemen masyarakat perlu untuk berperan aktif dalam menumbuhkan dan mengembangan budaya literasi.

Gerakan menumbuhkan budaya literasi tumbuh cukup baik di Indonesia, seperti hadirnya Taman Baca Masyarakat (TBM) dan kebijakan Gerakan Literasi Nasional (GLN) maupun Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Perkembangan ini dapat dikatakan memberikan angin segar, walaupun masih terdapat catatan pada implementasinya. Gerbang aktivitas ini berpotensi membuka ruang pengembangan literasi pada fase berikutnya, dimana yang diawali dari pengenalan pembiasaan membaca dan menulis dapat dikembangkan lebih dalam untuk berkorelasi  secara komprehensif dengan disiplin ilmu yang lainnya (multi-literasi). 

Hadirnya ruang interaksi pembelajaran dan pembiasaan literasi ini perlu bersama diperkuat dalam upaya pembudayaan yang kolaboratif. Tidak hanya sekedar aksesibilitas terhadap bahan bacaan, tetapi secara kualitas pemanfaatannya perlu juga untuk ditumbuhkan. Dalam mengembangkan kesadaran literasi diperlukan berbagai elemen model pendekatan inovatif, stakeholder yang kompeten, kolaborasi dan komitmen bersama.

Melihat fenomena di atas, . SLI mengadaptasi model multiliterasi dari Prof. Fuad Hasan yaitu fokus pada tiga pendekatan, baik pembiasaan, pembelajaran dan peneladanan.

Kerangka merancang budaya multiliterasi
Kerangka merancang budaya multiliterasi

Melihat kerangka di atas, SLI mendorong kolaborasi tiga ekosistem melalui program literasi terpadu (PLT) dengan mempertimbangkan karakteristik kebutuhan masyarakat agar dapat diimplementasikan secara masif dan konsisten. Salah satu tujuan utama, sekolah sasaran SLI berhasil menyusun rencana strategis dalam pengembangan budaya literasi yang mencakup tiga ekosistem pendidikan.  

Segitia Literasi

Pengembangan budaya literasi dilaksanakan di tiga ruang lingkup pendidikan, yaitu; Pendidikan Formal (Sekolah); Pendidikan In-Formal (Keluarga) dan Pendidikan Non-Formal (Masyarakat). Integrasi dari tiga ruang lingkup inilah yang menjadi ciri khas dari program Sekolah Literasi Indonesia. 

Program SLI secara umum bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam upaya membentuk pribadi yang berakhlak mulia dan berkualitas. Adapun secara khusus program SLI bertujuan sebagai berikut;

  1. Meningkatkan minat baca warga sekolah, keluarga, dan masyarakat.
  2. Meningkatkan kompetensi literasi guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat.
  3. Membentuk karakter positif siswa melalui pembiasaan literasi.
  4. Membangun gerakan literasi melalui pembentukan komunitas literasi untuk guru, orang tua, dan masyarakat.

Menghadirkan Penggerak Literasi dan Komunitas di Masyarakat

Komponen penting dalam mencapai tujuan hadirnya budaya literasi di masyarakat melalui upaya menghadirkan dan memberdayakan penggiat literasi yang berperan mengawal proses tumbuhnya kemampuan literasi bagi lingkungan masyarakat. Para penggiat literasi di lingkungan masyarakat menjadi fasilitator implementasi proses program, dimana mereka dibekali dengan pembinaan secara intensif dan terstruktur pada pengembangan karakter, pengetahuan dan keterampilan. Pendekatan multiliterasi dan ekosistem pendidikan memiliki ruang lingkup yang multi stakeholder, sehingga penggerak literasi yang ditumbuhkan berdasarkan lingkungan dan fungsinya. Aspek keberlanjutan juga menjadi perhatian penting bagi SLI, dimana diperlukan ruang interaksi bagi para penggiat literasi dan kelompok masyarakat lain untuk menjaga pembiasaan maupun budaya literasi di lingkungan sosial mereka.  

1. Kawan SLI

KAWAN SLI adalah tim fasilitator program yang akan melaksanakan pelatihan dan pendampingan secara intensif di wilayah program. KAWAN SLI selama melaksanakan program memiliki empat peran, yaitu:

  1. Sebagai kawan/sahabat guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat pegiat literasi dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi.
  2. Sebagai trainer yang memberikan pelatihan kepada guru, orang tua siswa, dan masyarakat pegiat literasi.
  3. Sebagai coach, menjalankan fungsinya menjadi pendamping guru, orang tua siswa, dan masyarakat pegiat literasi.
  4. Sebagai konsultan, menyampaikan masukan ide dan gagasan yang membangun guna meningkatkan kecakapan literasi di wilayah program.

Sejak tahun 2017, sudah ada 5 angkatan Kawan SLI. Pada tahun 2023, terdapat 33 Kawan SLI Angkatan 5 yang bertugas di 11 kabupaten.

2. PELITA SLI

Penggiat Literasi Indonesia atau Pelita SLI adalah guru yang telah mengikuti program pendidikan intesif dari SLI untuk mempersiapkan sebagai penggiat literasi mitra SLI dalam upaya menumbuhkembangkan literasi sekolah di suatu wilayah. Program ini mempunyai tujuan :

  1. Mencetak guru literat dalam upaya menguatkan budaya literasi di ranah sekolah dan keluarga.
  2. Melahirkan Guru Penggiat Literasi yang aktif mengembangkan literasi di wilayahnya.
  3. Mendorong tumbuhnya kolaborasi dari semua Guru Penggiat Literasi.
  4. Memperbanyak mitra kolaborasi SLI dalam upaya menumbuhkembangkan budaya literasi di seluruh ekosistem pendidikan.

Dari tujuan tersebut, program ini diharapkan memiliki luaran terbentukan guru penggiat literasi di ranah sekolah dan keluarga, terbentuknya tokoh dalam bidang literasi yang menjadi mitra SLI dan terbentuknya komunitas gutu yang menjadi motor penggerak literasi di wilayahnya.

3. Sahabat KLiK

KLiK (Kelas Literasi Kreatif) merupakan program pembinaan bagi para penggiat literasi baik dari unsur guru, orang tua dan masyarakat umum yang tertarik untuk dapat mengimplementasikan dan menyusun modul KLiK secara mandiri. Di dalam modul KLiK tersebut terdapat Tahapan (Sintaks) aktivitas LiTeRaSi.

Li = Lihat dan amati

Te = Tentukan masalah dan tetapkan tujuan

Ra = Rangsang pengetahuan

Si = Simpulkan hasil

Sahabat KLiK adalah orang-orang dengan sukarela membudayakan literasi dengan cara menjadi fasilitator dan trainer dalam menyebarluaskan modul pembelajaran literasi yang kreatif. Ranah dari kelas literasi kreatif bukan hanya di lingkungan sekolah, melainkan di ranah keluarga dan masyarakat (TBM). 

Sampai saat ini, jumlah Sahabat KLiK adalah 125 orang dan terdapat 48 modul KLiK yang dipublikasikan di website SLI.

4. Komunitas Media Pembelajaran (KOMED)

KOMED akronim dari Komunitas Media Pembelajaran merupakan program semiformal sebagai wadah bagi guru untuk berinovasi dan berkarya dalam membuat ragam media pembelajaran. Dengan demikian, mereka dapat mendukung program literasi sekolah.

Selain menjadi wadah tukar pikiran dan berbagi inspirasi bagi para guru anggotanya, KOMED juga menjadi wadah penguatan kapasitas. Para anggota KOMED dapat mengikuti workshop juga forum berbagi pengetahuan secara daring maupun luring.

Beragam materi workshop telah disedia kan bagi para pengurus KOMED. Mulai dari kompetensi keguruan hingga keterampilan cipta media pembelajaran secara khusus, semuanya disajikan dalam aneka workshop. KOMED juga menyediakan materi pengem bangan diri dan materi khusus sesuai isu-isu terkini.

Para pengurus KOMED juga mendapatkan pelatihan bagaimana menjadi trainer, kemudian mereka diberdayakan untuk mengisi pelatihan tentang kreativitas media pembelajaran dan mengelola komunitas untuk menjaring keanggotaan KOMED. Mereka kemudian diberdayakan untuk mengisi pelatihan tentang kreativitas media pembelajaran dan mengelola komunitas untuk menjaring keanggotaan KOMED.

Profil Pengurus KOMED: 

  1. Inspirator
  2. Kreator Media Pembelajaran
  3. Trainer

 

0
Wilayah Program
0
Siswa
0
Guru
0
Sekolah
0
Taman Baca Masyarakat
0
Komunitas
0
Masyarakat

Mitra Kerjasama

Sekolah Literasi Indonesia

Highlight Prestasi Penerima Manfaat

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry’s standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Galeri

Sekolah Literasi Indonesia

ALUSIA (Alumni Sekolah Literasi Indonesia dan Gemari Baca)

ALUSIA merupakan wadah bagi para alumni program SLI (Sekolah Literasi Indonesia) dan Gemari Baca. Mereka bergabung untuk menggerakan semangat masyarakat agar cinta literasi. Alumni tersebut terhimpun dari beberapa program yang pernah dikelola oleh SLI dan Gemari Baca sepanjang kurun waktu 2016-2023. Para alumni yang tergabung dalam ALUSIA telah memiliki kekayaan pengalaman, intelektual, dan jaringan. Hal tersebut merupakan dampak dari program SLI dan Gemari Baca yang mereka jalankan. 

Anggota ALUSIA merupakan orang yang pernah terlibat dalam program SLI dan Gemari Baca, meliputi:

  1. Duta Gemari Baca Batch 1-6
  2. Alumni KAWAN (Konsultan Relawan)  SLI Angkatan 1-5
  3. Alumni guru, kepala sekolah, dan pustakawan dampingan Perpustakaan Gemari Baca
  4. Alumni dampingan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Gemari Baca
  5. Alumni PELITA (Pegiat Literasi Indonesia)
  6. Alumni Relawan Audio Buku
  7. Alumni Asosiasi Konsultan SLI
  8. Alumni Guru dan Kepala Sekolah Dampingan SLI.

Anggota ALUSIA dirancang sebagai kontributor, brand ambassador, dan networker bagi SLI. Saat ini ALUSIA sudah memiliki struktur kepengurusan sendiri. Sebanyak 32 orang tergabung sebagai pengurus ALUSIA periode 2022/2023.

Feedback for

Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa

Bersediakah anda memberikan Tanggapan untuk Kami?

“Feedback is the only way to ensure you are still on the right track.”

– Jack Welch